Berita  

Bancakan Salak Galengdowo: Syukur di Antara Gunung dan Perkebunan

JPN-Jombang

Foto: Lukisan Abstrak Bancakan Salak Di Desa Galengdowo Wonosalam
banner 120x600

Cerita Pendek
JPNOnline.com – Di kaki perbukitan selatan Jombang, di Desa Galengdowo yang sejuk dan subur, musim panen selalu membawa harapan dan kebahagiaan. Waktu seakan berhenti sejenak di bulan Mei dan Juni, saat deretan pohon salak yang rimbun mulai menggugurkan hasil terbaiknya. Di sinilah, di antara aroma tanah basah dan semilir angin pegunungan, masyarakat menggelar satu tradisi sakral penuh rasa: Bancakan Salak.

Tahun 2016 menjadi titik awal sebuah kisah yang kini menjadi warisan baru. Warga desa, yang telah lama hidup berdampingan dengan alam, sepakat untuk tidak sekadar memanen, tetapi juga merayakan. Maka digelarlah pesta rakyat yang dinamai Bancakan Salak — bancakan berarti makan bersama, sebagai bentuk syukur atas rezeki dari tanah.

banner 728x90

Hari itu, warga dari seluruh penjuru dusun datang berkumpul di sebuah Lapangan. Laki-laki, perempuan, tua, muda, semua membawa satu hal yang sama: hasil bumi. Salak Galengdowo yang terkenal manis dan legit ditata rapi  dikemas dengan tumpeng, sebagai pengantar tumpeng raksasa yang diarak melewati jalanan Desa Galengdowo, di iringi dengan beberapa tarian tradisional dan kesenian kebudayaan lainnya

Acara dimulai dengan doa bersama. Kepala desa memimpin, menyampaikan harapan dan ucapan syukur atas panen yang melimpah. Suaranya lirih namun tegas, menyatu dengan desir angin dan nyanyian burung dari pepohonan sekitar. Setelah doa, dimulailah bancakan dan Kirab dilanjutkan dengan pembagian salak secara gratis kepada para pengunjung

Anak-anak berlarian, mencicipi buah segar, sementara para ibu berbagi cerita sambil menyiapkan es salak dan sambal khas desa. Musik gamelan sederhana dimainkan oleh pemuda setempat, menambah semarak dan rasa cinta pada tanah kelahiran.

Namun Bancakan Salak bukan hanya tentang pesta. Ia adalah cermin dari filosofi hidup orang Galengdowo: bahwa alam harus dijaga, hasil panen harus disyukuri, dan rezeki harus dibagi.

Sejak tahun itu, setiap musim panen, Bancakan Salak kembali digelar. Tak hanya warga lokal, para tamu dari luar desa pun berdatangan, ingin mencicipi kemeriahan dan rasa manis yang tak hanya ada pada salaknya, tetapi juga pada sambutan hangat masyarakatnya.

Kini, Bancakan Salak telah menjadi lebih dari sekadar tradisi. Ia adalah identitas, doa yang diucapkan lewat tawa dan kebersamaan, serta kenangan yang melekat di hati siapa saja yang pernah hadir di Desa Galengdowo saat musim panen tiba.

Penulis : Fatur JPN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *