Kecelakaan Maut di Tol Paspro, KH Taufik Hasyim dan Istri Wafat, Dunia Nahdliyin Berduka

JPN-Probolinggo

banner 120x600

JPNOnline.com — Kecelakaan tragis yang terjadi di ruas Tol Pasuruan–Probolinggo (Paspro) KM 835+600 pada Sabtu (14/6/2025) dini hari, mengguncang kalangan Nahdliyin dan masyarakat luas. Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Taufik Hasyim (43), bersama sang istri Nyai Amirotul Mawaddah (29), meninggal dunia setelah mobil yang mereka tumpangi menabrak truk tronton dari belakang. Peristiwa memilukan ini terjadi sekitar pukul 02.00 WIB di kawasan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Kendaraan Toyota Innova Zenix bernopol N 1086 EL yang ditumpangi KH Taufik dan keluarga melaju dari arah Pasuruan menuju Probolinggo. Dugaan awal, sopir kendaraan, Moh Sholehoddin (26), mengalami microsleep sehingga kehilangan kendali. Mobil langsung menabrak bagian belakang truk Mitsubishi DK 8348 CT yang dikemudikan Siswoyo (25), yang tengah melaju di lajur lambat.

banner 728x90

Akibat benturan keras, KH Taufik dan istrinya meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP). Sopir mengalami luka berat dan kini menjalani perawatan intensif di RSUD Ar-Rozzy Kota Probolinggo. Tiga penumpang lainnya, yakni Moh Syakir (7), Muhammad Ali (4), dan Siti Sulaiha (21), mengalami luka ringan.

KH Taufik Hasyim bukan sosok asing di lingkungan NU. Selain menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, ia juga merupakan Wakil Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur. Di usia muda, almarhum telah memimpin dua pondok pesantren besar di Pamekasan dan Jember serta mengelola sebuah perguruan tinggi. Sosoknya dikenal bersahaja, rendah hati, dan visioner.

Duka mendalam disampaikan berbagai pihak, termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang secara khusus datang melayat ke kediaman duka di Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Desa Angsanah, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, pada Minggu (15/6/2025) sore. Didampingi Bupati Pamekasan KH Kholilurrahman dan Wakil Bupati H. Sukriyanto, Khofifah menyatakan kepergian KH Taufik sebagai kehilangan besar bagi dunia keulamaan dan pendidikan Islam di Jawa Timur.

“Duka cita yang sangat mendalam atas meninggalnya beliau. KH Taufik Hasyim adalah sosok ulama muda dan cendekiawan yang luar biasa. Di usia yang masih sangat muda, beliau sudah menjadi pemimpin pondok pesantren dan perguruan tinggi. Ini bukan hal yang biasa,” ujar Khofifah.

Ia juga mengutip pesan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa “hidup adalah perjuangan, dan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan. Setiap pengorbanan besar pahalanya.”

KH Taufik dikenal sebagai ulama yang tak hanya berkutat di ruang kelas dan pesantren, namun juga aktif menjembatani dunia keilmuan, sosial, dan keagamaan. Gelar doktor yang diraihnya di usia muda tidak menjadikannya eksklusif, melainkan semakin membumikan ajaran Islam rahmatan lil alamin kepada masyarakat luas.

Kabar wafatnya KH Taufik dan istrinya tersebar cepat melalui berbagai grup pesan singkat, disertai permintaan doa dan pembacaan Al-Fatihah. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia KH Taufik bersama istrinya. Mohon doa dan Fatihah dari sahabat semua,” demikian bunyi pesan yang viral di kalangan warga NU.

Meski duka masih menyelimuti, Gubernur Khofifah menegaskan bahwa harapan tak boleh padam. “Kita berdoa agar dari pesantren dan rahim para ibu akan lahir generasi baru dengan dedikasi, kecerdasan, dan ketulusan seperti KH Taufik,” ucapnya.

Jenazah KH Taufik dan sang istri telah dimakamkan di kompleks pesantren yang beliau pimpin. Isak tangis mewarnai pemakaman, namun kenangan akan dedikasi dan perjuangan hidup pasangan ini akan terus hidup dan menjadi teladan bagi generasi muda Nahdliyin dan umat Islam secara luas.

Redaksi | JPNOnline.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *