Berita  

Tradisi Bersih Dusun di Grogolan Rejoslamet Jombang Setiap Bulan Suro

JPN-Jombang

Foto: Anggota DPRD Jombang Dodit Eko Prasetiyo Saat Menghadiri Perayaan Suro Di Grogolan
banner 120x600

JPNOnline.com – Tradisi budaya masih menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Jombang. Salah satunya terlihat di Dusun Grogolan, Desa Rejoslamet, Kecamatan Mojowarno, yang setiap tahun pada bulan Suro menggelar tradisi sakral Bersih Dusun.

Pada agenda tahunan ini, warga berbondong-bondong bergotong royong membawa tumpeng yang dihiasi beragam makanan dan hasil bumi. Tumpeng-tumpeng tersebut kemudian dikirab bersama-sama menuju Makam Mbah Gentorukum, yang dipercaya sebagai leluhur dan pembabat alas Dusun Grogolan.

banner 728x90

Tradisi Bersih Dusun bukan sekadar ritual seremonial, melainkan menjadi bentuk penghormatan kepada para leluhur serta wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan.

Suasana guyub rukun sangat terasa sejak pagi hari. Warga dari berbagai kalangan, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua, tumpah ruah di jalanan dusun. Mereka mengenakan pakaian tradisional, membawa tumpeng yang dihias sedemikian rupa dengan warna-warni menarik. Tak hanya sekadar estetika, setiap tumpeng yang dibawa juga memiliki makna mendalam sebagai simbol kesuburan, kemakmuran, serta doa agar hasil pertanian tahun depan semakin melimpah.

Prosesi kirab diiringi doa-doa serta lantunan shalawat, menambah nuansa religius dan sakral. Setibanya di Makam Mbah Gentorukum, para tokoh agama dan sesepuh desa memimpin doa bersama dan tahlil. Setelah ritual selesai, warga pun bersama-sama menyantap tumpeng sebagai bentuk rasa syukur sekaligus mempererat tali silaturahmi.

Pada kesempatan kali ini, hadir pula Anggota DPRD Kabupaten Jombang Komisi A dari Fraksi PDI Perjuangan, Dodi Eko Prasetiyo SE, yang akrab disapa Dodit. Kehadirannya disambut hangat oleh masyarakat setempat.

Dodit menyampaikan apresiasi tinggi terhadap upaya masyarakat Dusun Grogolan dalam menjaga tradisi Bersih Dusun ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini memiliki nilai filosofi yang mendalam.

“Ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT, yang telah memberikan keberkahan pada perekonomian dan hasil pertanian mereka. Saya sangat bangga melihat antusiasme masyarakat yang begitu kompak dalam melestarikan tradisi leluhur,” ujar Dodit.

Ia juga menambahkan bahwa tradisi semacam ini harus terus dijaga agar generasi muda dapat memahami makna kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur yang telah diwariskan para pendahulu.

Makam Mbah Gentorukum bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan menjadi simbol sejarah awal mula terbentuknya Dusun Grogolan. Mbah Gentorukum diyakini sebagai tokoh yang pertama kali membuka dan merintis wilayah dusun ini hingga berkembang seperti sekarang.

Setiap bulan Suro, masyarakat Dusun Grogolan senantiasa berziarah dan mengadakan tasyakuran di makam ini sebagai penghormatan serta pengingat akan jasa sang leluhur.

Tradisi ziarah dan tasyakuran semacam ini juga sekaligus mempererat hubungan antargenerasi. Para orang tua menceritakan sejarah desa kepada anak cucu, sehingga nilai-nilai luhur tetap terjaga dan tidak terkikis zaman.

Di tengah arus modernisasi yang terus menggempur budaya tradisi, apa yang dilakukan masyarakat Dusun Grogolan menjadi contoh nyata bahwa nilai gotong royong dan rasa syukur masih melekat erat.

Tradisi Bersih Dusun bukan hanya peristiwa seremonial, tetapi juga sarana refleksi diri agar tetap rendah hati, mengingat asal-usul, serta menjaga keharmonisan dengan alam dan sesama.

Dengan semangat kebersamaan, diharapkan kegiatan semacam ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, melainkan juga bisa menginspirasi desa-desa lain untuk terus melestarikan budaya dan tradisi lokal. Karena sejatinya, budaya adalah identitas dan kekayaan yang tidak ternilai bagi suatu bangsa.(FTR)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *