JPNOnline.com – Tradisi unik masyarakat Indonesia dalam mengisi waktu menunggu berbuka puasa selama bulan Ramadan dikenal dengan istilah “ngabuburit”. Istilah ini berasal dari bahasa Sunda, di mana “ngalantung ngadagoan burit” berarti bersantai sembari menunggu datangnya waktu sore.
Secara linguistik, ngabuburit merupakan gabungan dari kata Sunda “nga-” yang berarti melakukan, dan “burit” yang berarti sore. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ngabuburit dijelaskan sebagai kegiatan menunggu azan Maghrib menjelang waktu berbuka puasa.
Makna filosofi di balik ngabuburit juga cukup mendalam. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk melatih kesabaran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengisi waktu dengan aktivitas produktif yang dapat memperkuat silaturahmi dan menjalankan kegiatan religius.
Asal usul ngabuburit bermula di kalangan masyarakat Sunda (Jawa Barat) sejak masuknya Islam ke Nusantara. Tradisi ini mulai populer pada tahun 1980-an, terutama melalui acara musik bertema Islami di Bandung. Awalnya, ngabuburit diisi oleh aktivitas keagamaan seperti pengajian dan tadarus, namun seiring waktu, kegiatan ini berevolusi menjadi aktivitas sosial, termasuk berburu takjil dan rekreasi.
Di Kabupaten Jombang, khususnya di Desa Mojowarno, terdapat tempat ngabuburit yang dikenal sebagai Kampoeng Dagangan Ramadhan (LDR). Tempat ini telah menjadi lokasi ngabuburit sejak empat tahun lalu, di mana warga berinisiatif untuk mengundang pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang ada di Jalan Dagangan.
Berbagai makanan, minuman, dan jajanan ditawarkan kepada warga yang sedang ngabuburit sebagai persiapan berbuka puasa. Di sini, pengunjung dapat menemukan makanan siap saji, minuman jus buah, seblak, gorengan, hingga pizza dan burger mini, semua tersedia di 25 lapak yang ada.
Bayu, koordinator paguyuban KDR Mojowarno, menyebutkan bahwa kegiatan UMKM untuk memenuhi kebutuhan ngabuburit warga telah dimulai sejak tahun 2021, dengan jumlah lapak sebanyak 25 unit. Semua lapak diseragamkan untuk memastikan bahwa tidak ada penjual dari luar Jalan Dagangan.
“Lapak biasanya mulai buka sejak pukul 03. 00 WIB untuk persiapan, dan pengunjung mulai berdatangan sekitar pukul 04. 30 WIB,” terang Bayu.
Pada hari-hari biasa, pelaku UMKM berjualan di berbagai tempat, namun saat bulan Ramadan, mereka berkumpul menjadi satu di Jalan Dagangan, tepatnya di sebelah barat pasar Mojowarno. (FTR)