Berita  

Meriahkan Bulan Suro, Dusun Sukoharjo Gelar Kirab Hasil Bumi dan Pawai Budaya: Wujud Syukur dan Pelestarian Tradisi Leluhur

JPN-Jombang

Foto: Kegiatan Gerebek Suro Dusun Sukoharjo Desa Penggaron Kecamatan Mojowarno

JPNOnline.com – Suasana semarak penuh warna-warni mewarnai Dusun Sukoharjo, Desa Penggaron, Kabupaten Jombang, pada Minggu (13/7/2025). Ratusan warga tumpah ruah di jalanan untuk mengikuti dan menyaksikan Kirab Hasil Bumi dan Pawai Budaya yang menjadi agenda rutin tahunan dalam rangka menyambut bulan Suro. Kegiatan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarat makna spiritual dan kultural sebagai wujud pelestarian warisan leluhur serta budaya bangsa.

Acara yang digelar sejak pagi itu dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Kepala Desa Penggaron Riko Ret Hendrik, Anggota DPRD Kabupaten Jombang dari Fraksi PDIP Dodit Eko Prasetiyo, serta Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDIP Wiwin Sumrambah. Turut hadir pula jajaran Forkopimcam Mojowarno serta para undangan dari desa-desa sekitar. Kehadiran para tokoh tersebut menambah semangat dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Dusun Sukoharjo.

banner 728x90

Mengusung tema “Melestarikan Tradisi, Menguatkan Kebersamaan”, pawai budaya tahun ini diikuti oleh perwakilan warga dari berbagai RT di Dusun Sukoharjo. Masing-masing kelompok tampil dengan kreasi unik dan memukau, mulai dari pakaian adat, iring-iringan tumpeng hasil bumi, hingga pertunjukan tari-tarian tradisional.

Para perempuan dengan anggun mengenakan kebaya dan kain batik, sementara para laki-laki mengenakan busana khas Jawa lengkap dengan ikat kepala. Anak-anak juga tak kalah antusias, tampil ceria dengan busana warna-warni sembari menabuh perkusi tradisional.

Kirab hasil bumi menjadi salah satu sorotan utama dalam kegiatan ini. Warga membawa tumpeng berukuran besar yang dihiasi sayuran, buah-buahan, padi, dan hasil kebun lainnya. Simbol kesuburan dan rasa syukur ini diarak keliling kampung sebelum akhirnya didoakan bersama.

Menurut Kepala Desa Penggaron Riko Ret Hendrik, kirab budaya ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil bumi yang melimpah dan berkah kesehatan sepanjang tahun. Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini rutin diadakan setiap tahun pada bulan Suro, yang sebelumnya diawali dengan doa bersama di area punden Dusun Sukoharjo pada malam hari.

“Warga melaksanakan kegiatan ini dengan biaya mandiri. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran, rasa gotong royong, dan kekompakan warga. Saya, atas nama pribadi dan Pemerintah Desa Penggaron, mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Dusun Sukoharjo. Semoga tradisi seperti ini tetap dilestarikan dan diwariskan kepada anak cucu kita kelak,” tutur Riko dalam sambutannya.

Senada dengan itu, Anggota DPRD Kabupaten Jombang Dodit Eko Prasetiyo mengapresiasi antusiasme masyarakat. Ia menyebut kegiatan seperti ini bukan hanya memperkuat tali silaturahmi, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.

“Di tengah era modernisasi dan globalisasi, menjaga budaya lokal adalah tantangan besar. Saya sangat bangga melihat warga Sukoharjo masih kompak menjaga tradisi. Ini adalah warisan tak ternilai yang harus kita pertahankan,” katanya.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Wiwin Sumrambah menambahkan bahwa pihaknya akan terus mendukung kegiatan-kegiatan budaya masyarakat, terutama yang menyangkut pelestarian adat dan nilai-nilai lokal.

Kirab budaya Dusun Sukoharjo pun menjadi magnet bagi masyarakat sekitar. Banyak warga dari desa lain sengaja datang untuk menyaksikan pawai dan merasakan atmosfer kebersamaan. Suasana meriah tercipta saat iring-iringan budaya melewati jalan desa, diiringi alunan musik tradisional dan tepuk tangan penonton.

Di akhir acara, seluruh warga berkumpul di balai dusun untuk melaksanakan doa bersama dan makan tumpeng sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Dengan berakhirnya rangkaian kegiatan ini, warga Dusun Sukoharjo kembali menegaskan komitmen mereka untuk terus menjaga dan merawat tradisi peninggalan leluhur, serta meneruskan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan cinta budaya kepada generasi mendatang.

“Budaya bukan hanya soal masa lalu, tetapi juga bekal untuk masa depan,” tutur salah seorang sesepuh dusun penuh haru.(FTR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *