Berita  

Warga Sukonilo Gelar Tradisi Gerebek Suro di Makam Mbah Tosari, Wujud Syukur dan Pelestarian Budaya Leluhur

JPN-Jombang

Foto: Warga Dusun Sukonilo Desa Rejoslamet Laksanakan Kegiatan Gerebek Suro
banner 120x600

JPNOnline.com – Suasana khidmat dan penuh kebersamaan menyelimuti Dusun Sukonilo, Desa Rejoslamet, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, pada Minggu (6/7/2025). Ratusan warga berbondong-bondong membawa hasil bumi dan tumpeng dalam rangkaian acara tradisi tahunan “Gerebek Suro” yang dipusatkan di Makam Mbah Tosari — sosok yang diyakini sebagai leluhur dan pembuka wilayah (babat alas) setempat.

Ritual adat ini bukan sekadar perayaan pergantian bulan Muharram atau yang dalam penanggalan Jawa dikenal dengan bulan Suro, melainkan juga menjadi ungkapan rasa syukur warga kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dan keselamatan selama setahun terakhir.

banner 728x90

Kegiatan diawali dengan kirab tumpeng dan berbagai hasil bumi yang diarak dari Dusun Sukonilo menuju Makam Mbah Tosari. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri. Para warga, baik laki-laki maupun perempuan, tua-muda, tampak antusias mengikuti prosesi sambil mengenakan pakaian adat khas Jawa.

Setibanya di makam, seluruh peserta bersama-sama memanjatkan doa penuh khusyuk yang dipimpin oleh tokoh masyarakat dan para sesepuh desa. Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan kenduri dan makan bersama, yang semakin mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Menurut Kepala Dusun Sukonilo, Imron, tradisi Gerebek Suro ini sudah berjalan dua tahun terakhir dan diharapkan dapat terus dilestarikan. “Ini adalah wujud kebersamaan dan bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi semacam ini juga untuk menjaga budaya Jawa agar tidak punah, terutama di kalangan generasi muda,” jelas Imron saat ditemui di sela acara.

Makam Mbah Tosari menjadi pusat spiritual dan sejarah bagi warga Sukonilo dan sekitarnya. Berdasarkan cerita turun-temurun, Mbah Tosari berasal dari Bangil, Pasuruan. Diperkirakan, beliau hidup pada era Kerajaan Majapahit dan berperan penting dalam membuka alas (hutan lebat) yang kemudian menjadi pemukiman warga di Dusun Ngenden dan Sukonilo.

Tidak hanya membuka pemukiman, Mbah Tosari juga dikenal sebagai tokoh dakwah yang menyebarkan ajaran Islam di kawasan tersebut. Seiring berjalannya waktu, makam beliau menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, baik untuk sekadar tirakat maupun memanjatkan doa memohon keselamatan dan kelancaran rezeki.

“Sering kali para peziarah menceritakan pengalaman spiritual yang unik di makam ini, terutama saat malam hari. Ada yang merasakan kehadiran gaib, mendengar suara gamelan, atau mencium wangi bunga secara tiba-tiba,” ungkap seorang warga yang kerap berziarah.

Letak makam yang berada di tengah area persawahan, dikelilingi suasana sejuk dan asri, semakin mendukung suasana hening dan khusyuk bagi para peziarah.

Bagi masyarakat Sukonilo yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, Gerebek Suro bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga momentum untuk mempererat solidaritas dan kerukunan warga. Melalui tradisi ini, nilai-nilai gotong royong, rasa syukur, dan kecintaan terhadap budaya leluhur terus dipupuk dari generasi ke generasi.

Di era modernisasi yang kian pesat, kegiatan seperti Gerebek Suro menjadi benteng penting untuk mempertahankan identitas budaya lokal. Pemerintah desa pun mendukung penuh upaya pelestarian ini, bahkan diharapkan kelak dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata budaya yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

“Harapan kami, selain menjaga tradisi, kegiatan ini juga bisa menarik minat generasi muda untuk lebih mengenal sejarah desa dan menghormati perjuangan para leluhur. Kami ingin ke depannya ada regenerasi dalam memimpin tradisi ini, agar tidak berhenti hanya pada generasi kami,” tambah Imron.

Dengan cerita sejarah yang kental dan suasana spiritual yang mendalam, Makam Mbah Tosari memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai wisata religi. Apalagi, tren wisata spiritual kini semakin diminati, terutama di kalangan masyarakat yang ingin menenangkan diri dari hiruk-pikuk perkotaan.

Jika dikelola dengan baik dan didukung infrastruktur memadai, ziarah ke Makam Mbah Tosari bukan hanya memberikan nilai religius, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar melalui penjualan hasil bumi, kuliner tradisional, dan kerajinan lokal.

Tradisi Gerebek Suro di Sukonilo menjadi contoh nyata bagaimana sebuah komunitas desa mampu menjaga warisan leluhur sekaligus merawat harmoni sosial. Dalam kebersahajaan, masyarakat menunjukkan kearifan lokal yang sarat makna — sebuah pesan penting di tengah derasnya arus globalisasi.

Melalui semangat gotong royong dan rasa syukur yang diwujudkan dalam Gerebek Suro, masyarakat Sukonilo tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga mewariskan nilai-nilai luhur kepada anak cucu mereka. Sebuah cermin kearifan yang patut diapresiasi dan diteladani oleh masyarakat luas.

Penulis: Tim Redaksi JPNOnline
Editor: Fatur Pers

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *