JPNOnline.com – Di tengah hijaunya bentangan Pegunungan Anjasmoro dan semilir angin yang sejuk, berdiri tenang sebuah situs bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang dakwah Islam dan sejarah Jawa. Makam Pangeran Benowo, yang terletak di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, bukan sekadar sebuah makam, melainkan simbol kebesaran jiwa, perjuangan, dan spiritualitas.
Pada Jumat malam, 4 Juli 2025, suasana di kawasan makam itu tampak khidmat sekaligus semarak. Masyarakat dari berbagai dusun yang ada di Desa Wonomerto dan dari luar, berkumpul dalam rangka Haul Mbah Abdul Halim, atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Benowo. Kegiatan haul ini menjadi agenda rutin tahunan yang selalu dinanti, sebagai bentuk penghormatan dan rasa cinta masyarakat terhadap sang tokoh penyebar Islam di tanah Jawa.
Kegiatan haul yang digelar selama dua hari ini diawali dengan Istighosah bersama dan arak-arakan tumpeng menuju area makam. Suasana religius begitu terasa saat lantunan doa dan sholawat menggema di area pemakaman yang dikelilingi pepohonan rindang. Malam puncak diisi dengan pengajian umum yang menghadirkan Gus Gendeng dari Kabupaten Kediri
Kepala Desa Wonomerto, Siswoyo, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh masyarakat serta pihak-pihak yang telah membantu mensukseskan acara haul ini. Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya sekadar seremoni tahunan, tetapi juga sebagai ajang mempererat silaturahmi dan memperkokoh nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.
“Kami ingin menjaga warisan ini agar tetap lestari. Haul Mbah Abdul Halim adalah pengingat bahwa perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam dan menjaga perdamaian patut kita teladani dan teruskan,” ungkap Siswoyo.
Haul Pangeran Benowo tahun ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting. Hadir dalam acara tersebut Camat Wonosalam Haris Aminuddin, Ketua MWC NU Wonosalam Kyai Wahyu, Ketua MWC Bareng Kyai Khoirul Anam, Ketua MWC NU Mojowarno Kyai Habib Ghofir, serta para Kepala Desa se-Kecamatan Wonosalam. Kehadiran mereka menambah khidmatnya acara, menunjukkan dukungan penuh pemerintah dan masyarakat dalam menjaga tradisi spiritual yang telah diwariskan turun-temurun.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Camat Wonosalam, Bupati Jombang yang berhalangan hadir secara langsung menyampaikan apresiasi mendalam terhadap penyelenggaraan haul.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Jombang, kami sangat mengapresiasi kegiatan Haul Mbah Abdul Halim atau Pangeran Benowo ini. Haul semacam ini merupakan tradisi baik yang harus kita jaga sebagai warisan budaya dan sebagai bagian dari tradisi masyarakat Islam,” demikian pesan Bupati.
Pangeran Benowo atau Mbah Abdul Halim dikenal sebagai sosok yang memiliki garis keturunan langsung dari Kesultanan Pajang, putra dari Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya). Setelah melewati dinamika sejarah dan pergolakan politik di masa keruntuhan Pajang, Pangeran Benowo memilih jalan damai dengan menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah Jawa, termasuk ke kawasan Wonosalam.
Perjalanan spiritual dan pengabdian beliau pada agama membuat namanya harum di kalangan masyarakat. Bahkan, di berbagai daerah di Jawa, terdapat beberapa makam yang diyakini sebagai petilasan Pangeran Benowo, salah satunya di Desa Wonomerto. Namun, makam di Wonomerto ini diyakini sebagai salah satu pusat spiritual utama, tempat beliau menyiarkan ajaran Islam secara mendalam dan menetap dalam waktu yang lama.
Keberadaan makam Pangeran Benowo kini bukan hanya menjadi pusat kegiatan religius masyarakat setempat, tetapi juga menjadi salah satu destinasi ziarah spiritual yang menarik. Pengunjung yang datang tidak hanya dari Jombang, tetapi juga dari berbagai wilayah lain di Jawa Timur, bahkan Jawa Tengah.
Suasana tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota, ditambah udara pegunungan yang sejuk membuat setiap peziarah merasakan ketenangan batin. Banyak di antara mereka yang datang untuk berdoa, mengharapkan berkah, serta mendekatkan diri pada ajaran dan nilai-nilai kebaikan yang diwariskan Pangeran Benowo.
Tradisi haul yang terus dijaga di Wonomerto menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat setempat menghargai sejarah dan warisan leluhur. Melalui acara ini, generasi muda diharapkan semakin mengenal sosok Pangeran Benowo, memahami perjuangan dakwah beliau, serta melestarikan budaya lokal yang kental dengan nilai spiritual.
Selain sebagai wujud penghormatan, haul juga menjadi momentum untuk menumbuhkan rasa persatuan dan semangat gotong royong. Masyarakat bergotong royong mempersiapkan berbagai keperluan acara, mulai dari dekorasi, tumpeng, hingga penyediaan konsumsi bagi para tamu.
Haul Pangeran Benowo di Wonomerto adalah peristiwa yang lebih dari sekadar peringatan tahunan. Ia adalah representasi dari warisan spiritual, sejarah panjang penyebaran Islam, serta budaya yang menyatukan masyarakat. Di balik nisan yang sunyi, Pangeran Benowo meninggalkan jejak abadi yang terus hidup dalam hati para peziarah dan masyarakat Wonomerto, menginspirasi untuk terus menjaga kedamaian, kebersamaan, dan iman. (FTR)