Tinjau UMKM Desa Japanan Mojowarno Jombang, Risma: “Kalau Bisa Jadi Juragan, Kenapa Harus Jadi Pegawai?”

JPN-Jombang

Foto: Risma Triharini Saat Tinjau UMKM Desa Japanan Didampingi Dodit Eko Prasetiyo Anggota DPRD Jombang
banner 120x600

JPNOnline.com – Tinjau pelaku UMKM saat menghadiri kegiatan sarasehan bertema “Perempuan Berdaya untuk Indonesia Raya” di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Tri Rismaharini mantan Menteri Sosial RI, menyampaikan pesan tegas soal pentingnya transformasi pola pikir di kalangan perempuan Indonesia.

Risma menyoroti budaya ketergantungan sosial yang menurutnya masih melekat kuat dalam masyarakat, terutama di kelompok perempuan ekonomi lemah. Ia menilai, kebiasaan bergantung pada bantuan sosial (bansos) atau pendapatan tunggal dari suami harus segera diubah dengan membangun mentalitas produktif dan mandiri.

banner 728x90

“Kalau bisa jadi juragan, kenapa harus jadi pegawai?” tegas Risma dengan nada penuh semangat, menggambarkan urgensi perubahan paradigma perempuan di tengah kondisi ekonomi yang semakin menekan.

Risma menekankan bahwa perempuan harus dipandang dan diposisikan bukan sebagai pelengkap dalam kehidupan ekonomi, tetapi sebagai subjek utama yang aktif berperan dalam pembangunan keluarga dan bangsa.

“Kita harus membekali perempuan dengan pelatihan-pelatihan yang konkret. Sehingga mereka bisa berdiri di atas kaki sendiri dan tidak hanya mengandalkan bansos,” ujarnya.

Menurutnya, pelatihan yang diberikan kepada perempuan tidak boleh sekadar bersifat seremonial atau simbolis. Harus ada kurikulum yang membumi, berbasis keterampilan nyata dan kebutuhan pasar. Mulai dari keterampilan menjahit, kuliner, pengemasan produk lokal, hingga pemasaran digital, harus dijadikan modal awal perempuan untuk bangkit secara ekonomi.

Sebagai sosok yang dikenal gigih mengadvokasi ekonomi kerakyatan sejak menjabat Wali Kota Surabaya, Risma mengingatkan bahwa kesuksesan pemberdayaan perempuan tidak terletak pada seberapa sering program dideklarasikan, melainkan seberapa jauh implementasinya menyentuh masyarakat akar rumput.

“Saya tidak ingin perempuan terus-menerus dianggap sebagai kelompok yang lemah dan harus dibantu. Mereka punya kekuatan, tinggal kita buka jalannya,” jelas Risma.

Dalam konteks ini, Risma mengapresiasi langkah DPR RI dan BUMN yang telah membuka ruang dialog dan pelatihan melalui sarasehan, serta mendorong agar kegiatan semacam ini tidak berhenti hanya di Jombang, tetapi menyebar ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Dari balai desa sederhana di Mojowarno, suara Risma menggema sebagai pengingat bahwa perjuangan perempuan bukan hanya soal kesetaraan, tetapi juga soal kemandirian dan keberanian mengambil peran strategis dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Di mata Risma, perempuan tidak boleh hanya menjadi penerima, melainkan pencipta perubahan.

“Jangan takut memulai usaha. Jangan malu belajar. Kalau kita bisa berdiri sendiri, kita bisa bantu orang lain juga,” tutupnya.(FTR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *